Memperbaiki Rupoblek Indonesia | |
Penulis : Ir. Wahyudi Adisiswanto, M.Si, Adalah mahasiswa program S3 – MSDM , Universitas Negeri Jakarta |
Rupoblek bukan republik, adalah plesetan Jawatimuran untuk menyindir Republik Indonesia yang kita cintai ini, yang tentu saja artinya berbeda sama sekali. Rupo adalah wajah, sedangkan blek itu sejenis kaleng wadah biskuit yang terbuat dari seng. jadi rupoblek itu menggambarkan wajah yang mengenakan topeng yang terbuat dari kaleng. Ringkasnya, wajah Republik ini menggunakan topeng blek yang sudah penyok sana sini yang tidak cantik lagi, kalaupun masih cantik hanya sebuah topeng. Nah, betapa tidak sejatinya republik ini.
|
Tentu saja pelesetan ini bukan bermaksud menghina diri sendiri, namun sebuah koreksi atau lebih tepatnya otokritik yang perlu dilakukan terus menerus menyikapi persaingan global yang akan semakin menggilas. Betapa tidak, benar-benar bertopeng karena seringkali data-data evaluatif perkembangan sosial ekonomi yang dibeber ke ranah publik ini sangat indah sekali, baik melalui media cetak, on line maupun di televisi.
Antara lain misalnya dalam suatu acara televisi seorang pembawa acara yang cantik manis itu dengan sumringahnya manyampaikan “.........Peringkat Daya Saing Indonesia naik sampai belasan peringkat lho .....”
Itu memang betul, Peringkat Daya Saing Indonesia naik 14 peringkat pada tahun 2013 sejak tahun 2007 atau sejak Blueprint Forum Ekonomi ASEAN (The ASEAN Economic Forum (AEC) diimplementasikan, dari peringkat ke 54 naik menjadi peringkat ke 40, sebagaimana yang dipublikasikan dalam the Global Competitiveness Report dari World Economic Report, dan dibagikan kepada para wartawan peliput KTT ASEAN di Brunei Darussalam 9 Oktober 2013. |